Astronom menemukan obyek raksasa di alam semesta. Obyek itu ialah supervoid, punya diameter sekitar 1,8 juta tahun cahaya. Bayangkan besarnya, rentang jarak Bumi ke Pluto saja hanya 5,3 jam cahaya.
Istvan Szapudi, astronom yang memimpin studi di University of Hawaii di Manoa, mengatakan bahwa obyek tersebut kemungkinan "merupakan benda tunggal terbesar yang pernah ditemukan oleh manusia".
Quote:
"Yang kami temukan adalah supervoid terbesar yang pernah ditemukan. Dengan kombinasi ukuran dan kekosongannya, supervoid kami sangat jarang. Kami memperkirakan hanya ada beberapa supervoid yang sebesar ini di alam semesta," imbuh Kovacs.
Penemuan supervoid ini sedikit memberi penjelasan tentang misteri "cold spot". Area itu mungkin lebih dingin dan memiliki lebih sedikit galaksi karena keberadaan supervoid besar di pusatnya.
Adanya supervoid bisa menguraikan misteri "cold spot" sebab dalam semesta yang terus mengembang seperti yang dipahami saat ini, foton cahaya akan bergerak lebih lambat ketika melintasi void.
Seiring memasuki supervoid, energi kinetik foton cahaya diubah menjadi energi potensial. Bayangkan pergerakan foton cahaya memasuki supervoid seperti manusia yang mendaki sebuah bukit.
Dalam semesta yang stasioner atau tak mengembang, foton cahaya akan mendapatkan lagi energi kinetiknya begitu keluar dari supervoid. Dengan demikian, kecepatannya akan sama cepat. Bayangkan seperti manusia yang turun gunung.
Namun, dalam semesta yang mengembang, skenarionya berbeda. Ruang akan lebih besar sehingga supervoid, jika dianggap sebagai bukit, akan lebih rendah ketika manusia menuruninya. Maka dari itu, kecepatan foton cahaya pun akan lebih lambat ketika keluar.
Quote:
Meskipun memberi sedikit pencerahan, supervoid hanya menyumbang 10
persen dari anomali "cold spot". Jadi, penemuannya belum mampu
memecahkan misteri "cold spot", malah menambah daftar pertanyaan yang
harus dijawab. "Sekarang kita harus menjawab bagaimana void itu terbentuk. Ini adalah fenomena yang sangat jarang," ungkap Roberto Trotta dari Imperial College London yang tak |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar