Minggu, 21 Juni 2015

Tak Rajin Beribadah, Waspadai Jantung Koroner


jantung koroner
Hati-hati jika Anda termasuk orang yang kurang dalam menjalankan ibadah. Sebuah temuan menarik dari Prof Dr Mochammad Fathoni dr SpJP (K) FIHA, Guru Besar Ilmu Penyakit Jantung dan Kardiovaskular Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, menilai ada korelasi yang signifikan antara ketaatan beribadah terhadap penyakit jantung koroner.
Menurut Fathoni, orang yang rajin beribadah sangat penting untuk mengurangi stress sehingga berpengaruh baik pada proses terjadinya penyakit mematikan tersebut.
Hasil penelitian Fathoni pertama kali dipublikasikan dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar di Kampus UNS, Jalan Ir Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, Sabtu 10 November
2007. Ia menjelaskan, dirinya meneliti pengaruh ibadah dalam hubungannya dengan stress pada beberapa senyawa kimiawi yang memengaruhi “patogenis atherosklerosis” serta “prognosis Infark Miokard Akut (IMA).
Penelitian merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan rancangan studi kohort prospekyif. “Sebagai inklusi, saya telah mengamati penderita IMA baik laki-laki maupun wanita berumur 35-70 tahun di RSUD Dr Moewardi Solo,” jelasnya.
Pengamatan dilakukan saat masuk RS sampai dua bulan setelah terkena penyakit jantung koroner terutama IMA. Diagnosis ditetapkan dengan “anamnesis” terdapatnya sakit/nyeri dada yang spesifik lebih dari 20 menit.
Pemeriksaan “elektrokardiografi” (EKG) sesuai “minesota code” serta pemeriksaan enzom spesifik : MV-CPK, mioglobin serta cTn-1. Sebagai evaluasi nilai ibadah, diberikan skor untuk masing-masing ibadah seperti salat wajib, puasa Ramadan, dan zakat. Jika dilakukan dengan baik mempunyai skor satu. Bila tidak dilakukan nilainya lima. Untuk ibadah haji, bagi orang mampu yang telah melakukan nilainya satu, sedangkan yang belum nilainya lima.
Untuk orang yang tidak mampu tapi sudah melakukan nilainya satu dan yang belum nilainya dua. Untuk ibadah sunah seperti salat rhawatib, salat dhuha, salat tahajud, puasa tiga hari, puasa dawud, baca Al Quran, dan i’tikaf di bulan Ramadan yang melakukan diberi nilai satu dan yang tidak nilainya dua.
“Dari hasil penelitian tersebut, terdapat korelasi signifikan antara nilai ibadah dengan senyawa kimiawi yang berperan pada patogenis penyakit jantung koroner nilai kadar Hs-CRP sedang,” jelasnya.
Dia menjelaskan, berbicara mengenai penyakit jantung koroner, bagi yang beriman dapat mengetahui kedekatan dengan Allah SWT sehingga dapat menjadi benteng dalam menghadapi stress psikis. Dia menambahkan, dari hasil penelitian itu, fakta ilmiah berdasarkan penelitian tersebut, orang yang kurang menjalankan ibadah dengan baik lebih mudah terserang penyakit jantung koroner/IMA.
Selain itu, ujarnya, orang yang telah terserang IMA dan diketahui ibadahnya kurang lebih sering mempunuai prognosis (prediksi perjalanan penyakit) yang lebih jelek. Mereka lebih banyak mengalami komplikasi yang berat atau berakhir kematian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar